Seperti biasa, ia menghentikan langkahnya setiap melewati
tempat ini kemudian berbelok mendekati
globe besar yang terpajang di sudut ruangan. Aku mengekor di belakangnya. Ku
biarkan Ia menatap puas setiap sisi benda biru itu. Senyumnya mengembang. Aku
tau ada ide menyenangkan kini bersarang di kepalanya. Ia menoleh. Memberiku
isyarat untuk mendekat.
“Tempat mana yang ingin kau kunjungi?” Tangannya kini asyik memainkan globe itu.
Membiarkannya berputar kemudian menotok satu titik sehingga membuat putarannya
terhenti.
“Kau ingin ke sini?” Kulirik telunjuknya. Jepang.
“Atau ke sini?” Ia memutar globe itu lagi. Menghentikannya.
Memutar lagi. Menghentikannya lagi.
Ku lirik senyumnya yang masih mengembang. Terlalu
bersemangat pikirku. Salah satu alasan yang membuatku selalu merasa nyaman di
dekatnya. Ia pemimpi besar. Membuatku merasa seolah-olah telah memiliki
segalanya.
“Hei kenapa menatapku seperti itu?" tanyanya tiba-tiba
mengagetkanku.
“Nggak kenapa-napa”. Jawabku tersipu. Ku alihkan
pandanganku kembali menatap globe itu.
“Aku ingin mengunjungi tempat ini”. Tuturnya kemudian kembali
sibuk memutar globe. Kali ini putarannya tidak lagi dihentikan. Ia terdiam
cukup lama menunggu globe itu berhenti berputar.
“Aku ingin mengunjungi semuanya. Mengunjungi setiap tempat-tempat
yang indah. Melihat pemandangan yang menakjubkan di seluruh penjuru dunia”. Ku alihkan pandanganku
menatapnya. Ku lihat ia tampak serius. Ia bergeser membuat celah diantara kami
semakin tipis.
“Kamu mau kan ikut denganku ?”. Tanganku kini digenggamnya
erat. Ku rasakan ada keinginan kuat di sana. Tulus. Ia kini menatapku. Menunggu
jawaban.
Aku tersenyum mengangguk.
“Aku selalu ingin menjadi bagian dari setiap mimpi yang kau
untai. Meski tak pernah berkomentar banyak, mimpi-mimpi itu selalu ku simpan
baik. Menjadikanku lebih hidup. Ke mana pun tempat yang ingin kau kunjungi, Aku
berharap selalu ada aku di sana. Menikmati semuanya
bersamamu. Terimakasih untuk kamu yang telah menjadi dan memberiku dunia. Aku benar-benar hidup di sana".
![]() |
here |