Tubusss

Senin, 26 Mei 2014

Travel the world

Seperti biasa, ia menghentikan langkahnya setiap melewati tempat ini kemudian berbelok  mendekati globe besar yang terpajang di sudut ruangan. Aku mengekor di belakangnya. Ku biarkan Ia menatap puas setiap sisi benda biru itu. Senyumnya mengembang. Aku tau ada ide menyenangkan kini bersarang di kepalanya. Ia menoleh. Memberiku isyarat untuk mendekat.

“Tempat mana yang ingin kau kunjungi?”  Tangannya kini asyik memainkan globe itu. Membiarkannya berputar kemudian menotok satu titik sehingga membuat putarannya terhenti.

“Kau ingin ke sini?” Kulirik telunjuknya. Jepang.

“Atau ke sini?” Ia memutar globe itu lagi. Menghentikannya. Memutar lagi. Menghentikannya lagi.

Ku lirik senyumnya yang masih mengembang. Terlalu bersemangat pikirku. Salah satu alasan yang membuatku selalu merasa nyaman di dekatnya. Ia pemimpi besar. Membuatku merasa seolah-olah telah memiliki segalanya.

“Hei kenapa menatapku seperti itu?" tanyanya tiba-tiba mengagetkanku.

“Nggak kenapa-napa”. Jawabku tersipu. Ku alihkan pandanganku kembali menatap globe itu.

“Aku ingin mengunjungi tempat ini”. Tuturnya kemudian kembali sibuk memutar globe. Kali ini putarannya tidak lagi dihentikan. Ia terdiam cukup lama menunggu globe itu berhenti berputar.

“Aku ingin mengunjungi semuanya. Mengunjungi setiap tempat-tempat yang indah. Melihat pemandangan yang menakjubkan di seluruh penjuru dunia”. Ku alihkan pandanganku menatapnya. Ku lihat ia tampak serius. Ia bergeser membuat celah diantara kami semakin tipis.
“Kamu mau kan ikut denganku ?”. Tanganku kini digenggamnya erat. Ku rasakan ada keinginan kuat di sana. Tulus. Ia kini menatapku. Menunggu jawaban.

Aku tersenyum mengangguk.

“Aku selalu ingin menjadi bagian dari setiap mimpi yang kau untai. Meski tak pernah berkomentar banyak, mimpi-mimpi itu selalu ku simpan baik. Menjadikanku lebih hidup. Ke mana pun tempat yang ingin kau kunjungi, Aku berharap selalu ada aku di sana. Menikmati semuanya bersamamu. Terimakasih untuk kamu yang telah menjadi dan memberiku dunia. Aku benar-benar hidup di sana".

🌍
here

Kamis, 22 Mei 2014

Sedikit tentang Ikal dan A Ling

Pernah baca buku Andrea Hirata, Laskar pelangi? Atau nonton movienya?
Ada scene yang sangat lucu menurutku ketika Andrea menuliskan tentang Ikal  jatuh cinta pada A Ling, Perempuan Tionghoa yang lebih tinggi darinya. Sepemahamanku, saat itu Ikal yang masih polosnya di minta oleh  guru  (lupa nama gurunya. Bu Mus, kalo tidak salah.) pergi mengambil kapur untuk dipakai menulis di papan. Menggunakan sepeda menempuh jarak sekian kilo, bersama Lintang, Ikal pun sampai ke toko milik orang Tionghoa. Selanjutnya saya masih lupa-lupa ingat.
Potong scene nya saja ya, to the point.
Ketika dari bilik sebelah A Ling menyodorkan kapur tulis sesuai permintaan Ikal. Tiba-tiba saja suasananya berubah jadi slow.. slow motion. Ikal terpana melihat tangan yang menyodorkan kapur tulis itu. Dishootnya si kameramen jemari A Ling yang indah, lentik nan lembut itu. Terlihat Ikal termangu. Efek cahaya kamera menggambarkan suasana romantis. Ada bunga tapak dara (kalo tidak salah)  yang bertebaran di sekitar ikal. Ikal tersenyum sumringah melihat bunga-bunga yang muncul tiba-tiba itu. Ikal jatuh cinta! Jatuh cinta hanya dengan melihat jemari lentik A Ling. Hari-hari berikutnya pun Ikal rela diminta untuk mengambil kapur ke toko ayah A Ling. Bahkan ketika persediaan kapur di kelas masih banyak, Ikal menyelundupkan kapur-kapur itu agar diminta oleh Bu Mus ke toko ayah A Ling untuk mengambil kapur lagi. Atau untuk melihat jemari lentik A Ling lagi lebih tepatnya.
Saat itu aku hanya tertawa. Ada-ada saja si Ikal ini. Masa cuma melihat jemari lentik A Ling begitu bisa bikin bunga tapak dara berkeliaran di sekitarnya. Bisa membuatnya berbunga-bunga. Namun seiring waktu, entah beberapa waktu yang lalu hal yang menurutku hampir sama, terjadi padaku. Tanpa ku sadari, ada perasaan aneh  ketika tak sengaja ku lihat sosok seseorang itu. Hanya melihatnya dari belakang saja, melihat punggung kecilnya. Ohhmeen... Ada sesuatu yang tak ku mengerti terjadi setiap ku tatap sosoknya meski hanya dari belakang. Menatap punggungnya kecilnya yang kurus.
 Mungkin seperti yang dirasakan Ikal ketika melihat jemari lentik A Ling. Atau mungkin.. Ahh entahlah. Aku  juga tidak mengerti. Am I falling in love? Hahh no.. noo. It just proud feeling I think..Sejenis kagum pada pemilik punggung kecil itu.
Ekspresi Ikal ketika melihat jemari lentik A Ling.  There are many flower turn up surround him. Romantic moment.