Tubusss

Rabu, 23 Oktober 2013

Hujan

Dear you. Masih ingat awal musim hujan bulan lalu? Di halte kota saat kita sedang menunggu bus yang sama. Saat itu awal masuknya musim hujan. Titik-titik air langit yang tumpah perlahan menjadi semakin deras diiringi hembusan angin kencang membasahi halte. Kita menunggu datangnya bus hanya berdua. Saling memandang panik ketika angin berhembus lebih kencang membasahi kita. Tiba-tiba saja waktu itu tanganku berada dalam genggamanmu, kepalaku terpayungi jaketmu dan kakiku tertuntun melangkah ke toko seberang halte. Pakaian kita yang basah kuyup waktu itu meneteskan butiran-butiran air hujan ke lantai toko membuat setiap mata memandang ke arah kita. Mengotori lantai. Kurang lebih seperti itu yang bisa kita baca dari tatapan mereka. Kita menunduk saling memberi isyarat mata berusaha menahan tawa dan hei, kita tak saling kenal. 
Hujan mengantarkan kita ke dalam kisah ini.
Sebulan telah berlalu. Hujan masih turun. Kau tahu saat ini aku sedang sangat-sangat bahagia. Kau juga tentunya. Ya kita sedang bahagia dalam hujan. Entah apa yang akan terjadi besok.Aku berharap ketika musim ini berakhir, hujan tak membawa pergi kisah kita.

Jumat, 18 Oktober 2013

Untuk setiap pagi


 
Hai kau, apa kabar?

Masih terlalu sibuk untuk bisa merasakanku menunggumu?

Masih seperti yang dulu. Ketika fajar tiba aku menungguimu di balik jendela kamarku. Menunggumu dataing sebelum tugas-tugas kuliahku yang banyak itu lebih dahulu menyita waktuku.  Merasakan setiap celah tubuhku dicumbuimu. Aku menungguimu bisa merasakan kehadiranku. Kau tahu itu? Tentu tidak, aku tahu. Kau terlalu sibuk dan aku terlalu kecil untuk bisa kau anggap ada. 

Hei terima kasih untuk setiap pagi yang cerah. Untuk setiap cumbuan hangatmu. Ada semacam sensasi setiap kau lakukan itu. Membuatku bersemangat setiap paginya. Kau tahu yang satu ini?

Tunggu dulu, ada yang lupa kusampaikan. Akhir-akhir ini seorang teman sering protes ketika aku menunggumu dibalik jendela kamarku dan itu membuatku tidak nyaman, kau tahu itu. Menjengkelkan sekali. Mengganggu ritual pagiku. Menutup jendela kamarku seenaknya saja dan membuatku kesal karena hanya bisa merasakan kau mencumbuiku hanya sebentar saja.  Tak selama biasanya. 

Tunggu dulu. Kenapa tiba-tiba bicara tentang dia? Ah. Lupakan. Aku hanya ingin bicara tentang kita saat ini. Intim hanya kita berdua. Aku berharap selalu bisa menungguimu dibalik jendela kamarku setiap sebelum datangnya fajar. Selalu bisa merasakan hangat cumbuanmu itu seperti saat ini.
Hari ini, esok dan seterusnya.

Teruntuk kamu. Selamat pagi, Matahari..

Senin, 07 Oktober 2013

Ignore me.


Bahkan kemarin kau sudah membuatku merasa benar-benar sendiri. Tidak berarti apa-apa. Terabaikan. 
Dan setelah semuanya kamu masih menganggap kita baik-baik saja?
 Hey kau ini.. grhgrhrgh
Sudah. Aku muak!


Jumat, 04 Oktober 2013

Terkadang ada harga yang harus dibayar mahal untuk mendapatkan kembali sesuatu yang dulu pernah dianggap 'Sampah'.