Tubusss

Senin, 11 Agustus 2014

Comfort Zone

      Baru 2 pekan habis lebaran dan sekarang saya di sini datang lebih awal padahal masih ada sekitar hampir sebulan lagi perkuliahan baru dimulai. Hiks nasib perantauan. Well  kuliah bukan alasan utama saya datang secepat ini (karena keseringan di-PHP-in sama dosen yang bersangkutan menjadikan saya berniat untuk membolos “sekali saja”).
     Saat ini saya menamakan keluar dari zona nyaman. Out of Comfort-zone. Why? Karena di sini saya tidak (lagi) semau-maunya tidur berlama-lama sampai belasan jam. Tidak (lagi) sempat tongkrongin tv sampai bego. Tidak (lagi) makan masakan rumah buatan mama. Tidak (lagi) begadangin tv sampai subuh. Tidak (lagi) bisa godain Heru. Tidak (lagi) tidur di kamar sendiri yang ranjangnya luas dimana tiap sisinya bisa dijangkau oleh badan saya ketika banyak gaya saat tidur. Tidak (lagi) mencuci pakai mesin melainkan pakai tangan. Hiks.
     Saya ke sini tidaklah mudah. Sempat terjadi perang batin. Saya dihantui oleh banyak hal urusan kampus sedangkan saya masih ingin berlama-lama di rumah. Masih mau bermanja-manja. Tapi kemudian saya ingat salah satu postingan  bang Alit. Memang di rumah semuanya serba ada. Tidak perlu bersusah-susah. Ini itu mudah saja. Tidak perlu berpikir panjang akan kehabisan duit karena bisa minta langsung sama ayah-mama.
Segala kenyamanan ini mematikan semua harapan. Gue nggak punya masalah, gue nggak punya hal untuk diresahkan.

     Iya. Saya kemudian sadar bahwa semua kenyamanan ini mendilemakan saya. Membuat saya malas berusaha. Saya selalu menunda-nunda pekerjaan dan sulit untuk memulai melakukan sesuatu. Why? Karena saya merasa sudah puas dan tidak perlu berusaha. Oh Damn! I know and I hate it.

Sampai akhirnya gue tersadar kalo gue udah kejebak olehComfort-Zone. Zona nyaman itu memang seperti wanita jalang yang pandai merayu kita untuk berlama-lama dan bersenang-senang bersamanya, tanpa peduli sudah berapa lama waktu, tenaga dan biaya yang sudah kita curahkan untuknya. Dan akhirnya, tak terasa hidup kita sudah habis untuk hal yang sia-sia. 

      Dengan berat hati saya berusaha meyakinkan diri untuk balik ke sini. Mencoba menerima kenyataan terpisah dari hal-hal yang memanjakan saya dan berusaha merangkak menggerakkan badan, pikiran dan hati saya untuk keluar dari keadaan yang mematikan ini.
Ada banyak hal yang menantikan saya.
Ada banyak hal yang harus saya lakukan.
Ada banyak hal yang harus saya dapatkan.

Well here I’m. I have to move on. Do what I have to do and just be stronger, little fighter.
Fear Comfort Zones
here

Tidak ada komentar:

Posting Komentar